Sekedar makan nasi goreng ala wedangan Solo, masih saja dengan secangkir kopi hangat sederhana, harum kopi malam itu memerintahkan sang malas dan bad mood sekejap pergi dari tempurung kepalaku. Temaram cahaya lampu pinggir jalan raya di daerah manahan, menambah suasana semakin hangat. Berbaris rapi laksana pasukan perang mongol puluhan pohon Fillicium desipiens (sori klo salah tulis, red) memagari jalan raya manahan, menambah suasana asri khas kota Solo semakin memesona. Tetap indah dan membawa memory tersendiri walau banyak gejolak sosial disana-sini.
adalah sms yang membawa ku ke wedangan ini, hanya gubuk kecil dengan tenda bencana berwarna orange, didalamnya sebuah meja yang sudah include dengan gerobak dan kompor yang ditanam di gerobak bagian pinggir, biasanya dengan 3 teko ajaib yang digunakan untuk memanaskan air atau untuk "bakarin Pak, sundukan telor dan tahu/tempe". Namun potensi wedangan inilah yang menjadikanya mistery yang mungkin hingga 20 th kedepan akan tetap menjadi wacana, fakta bahwa di wedangan-wedangan seperti inilah "loby - loby" kelas atas lahir."Sig, ada yang mau ketemu sama kita di wedangan, kamu bisa ga malam ini?sekarang!"
bukan sembarang wedangan, wedangan itu bukan sembarangan.. Ternyata benar, ditengah gedung-gedung bertingkat , mall-mall berAC yang arogan, rumah mewah milik bos besar, kantor-kantor dinas kota, lapangan dan GOR olahraga, arena bermain untuk anak muda, taman kota yang indah, jalan raya yang hitam mengkilat penuh fatamorgana masih saja menyimpan secercah tradisi yang menawan. Aset lokal, yang menjadi sebuah kearifan lokal yang perlu di lestarikan dan dilindungi. Sengaja menyingkir sejenak dari kepenatan kehidupan yang serba fana, kembali ke wedangan adalah sebuah refleksi bahwa semua hal yang kulakukan apa pun itu, permasalahan yang timbul sehari-hari dari sejak mata masih lengket semua hingga kulit mulai terkena panas sinar matahari yang sudah mulai over heat, hingga matahari mengucapkan selamat tinggalnya kepada ku dengan senjanya... adalah sebuah siklus.. adalah sebuah kenyataan yang mau tak mau itulah yang kuhadapi sekarang.. itulah potongan-potongan mozaik kehidupan yang sedang ku susun untuk menciptakan bentuk yang indah.
sebuah kata tak indah kalau tak ada jeda kawan. Semua akan bertahan karena ada jarak, ada spasi yang menjadikan hidup ini adalah irama(dikutip dari Dee, filosofi Kopi dengan sedikit perubahan, red).
aku hanya berdoa dan berkarya.... well, semoga dengan pertemuan di wedangan itu semua akan menjadi lebihbaik
|