today's information

20 Desember 2007

HARI INI DAN ESOK

Saat ini pukul satu dini hari lebih 15 menit 49 detik saat saya mengetikan jemari saya ke keyboard laptop yang sudah usang ditelan jaman ini. Dari kejauahan masih terdengar suara takbir yang merambat melalui udara malam yang dingin, melalui dinding-dinding rumah yang empunya sudah terlelap kelelahan karena bercanda seharian dengan saudaranya yang datang untuk berlibur. Merayap ditengah hamparan sawah, melalui embun pagi yang turun bersama hidayahNya kepada para pencari nikmat di kala orang lain sedang terlelap dalam selimut hangatnya...suara takbir berkumandang dari sebuah masjid di pinggiran kampung, yang keluar dari mulut suci seorang tua yang keriput wajahnya. Tidak hanya hari ini suaranya terdengar sayup sayup dari corong masjid yang menggunakan TOA model lama ini, pukul 4.00 pagi hari sebelum matahari terbit, sebelum ayam berkokok, dan yang pasti sebelum makhluk besar tidak berekor (baca: manusia) kebanyakan masih melayang ke dunia antah berantah, setiap hari orang tua ini sudah sepenuhnya sadar apa yang dia lakukan. Mendendangkan lagu-lagu dari kalimat Allah yang tertuang dalam sebuah kitab suci. Dengan suaranya yang terbata-bata manusia berakhlak mulia itu membaca setiap ayat dengan pelan dan penuh pemaknaan, kemudian dilanjutkan dengan arti dari setiap ayat tersebut. Setiap hari...
Tidak tahu, modal apa yang dimiliki orang tua ini, keyakinan, atau memang dia sudah benar-benar paham tentang agamanya seperti ustad-ustad itu. Yang mendasari perbuatan mulia ini sebenarnya hanyalah ikhlas. Dia tidak terlalu banyak kompromi untuk berpikir tentang perbuatanya, namun hatinya tulus mengalirkan aura keihlasan. Seperti pada hari ini, setiap orang islam yang mempunyai harta berlebih, mengorbankan sedikit uang dari koceknya untuk dibelikan seekor sapi atau kerbau. Modalnya adalah ikhlas, dengan hati yang tulus membagi-bagikan kebahagiaan kepada saudaranya yang kurang mampu untuk bersama-sama merayakan hari keihlasan sedunia (versi fauzan sigma, red). Betapa indahnya ajaran ini, mendidik kita untuk dapat ikhlas beramal hanya semata-mata mengharap ridhoNya.
Sayangnya, saat hari ini berlalu, semua juga hanya akan kembali kepada habitat dan moral masing-masing, simbolisme keihlasan yang telah mereka tunaikan hanya menjadi ikon belaka, menjadi formalitas untuk memposisikan diri di mata masyarakat. Seandainya manusia di bumi Indonesia ini masih bisa menerapkan ilmu ikhlasnya.....

Google
 
your search end here