
Bapak yang duduk sambil agak mengantuk di wedangan itu tadi juga menanyai seolah-olah Budi adalah seorang anak kecil yang nakal dan masih suka berbuat aneh-aneh. Baru kusadari bahwa Budi mempunyai raut muka yang “general”, default, sesuai template, dari sononya untuk anak yang keterbelakangan mental. Tapi kalau menurutku si Budi polos tidak terlalu parah dan sudah bisa mengendalikan diri untuk anak yang sejenis denganya. Dia sudah bisa membeli makanan sendiri, menghitung, dan tau bagaimana merokok, tapi saya ga jamin dia tahu bagaimana cita rasa dari rokok, yang dibuktikan dengan aneh raut mukanya dan gayanya ketikan memantik api dari korek jress yang dipinjamnya dari penjual itu.
Budi adalah seorang anak dengan keterbelakangan mental di sebuah kampung dipinggiran kota Solo, yang lingkunganya lumayan agak sedikit modern tapi masih sangat menjaga culture yang normatif. Dia mempunyai kemampuan otak dibawah rata-rata orang biasa, di punya waktu loading yang lebih lama dari orang normal biasanya, dan daya tangkap terhadap perintah atau kebiasaan yang lemot. Namun dia tetap diberikan oleh Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta hati dan akal pikiran, dia juga dilahirkan sebagai manusia biasa yang bisa punya hati nurani dan mengerti bagaimana harus survival dalam hidupnya, jika digambarkan isi kepala Budi bagaikan batu pualam dalam gua yang hitam kelam, dan keras, sehingga perlu dijatuhi air bertahun-tahun untuk bisa membuat sebuah lobang diatasnya, saking sulitnya, tapi bisa juga. Nah, sekarang tinggal apa yang ditangkap oleh Budi selama belasan tahun hidup di lingkunganya, masyarakat yang membentuk kepribadianya, keluarga yang mengarahkan jalan hidupnya, dengan benturan konflik lingkungan yang membentuk perilakunya. Ada yang mengatakan kita adalah lingkungan kita, dan juga “kalau mau tahu sifat seseorang lihat siapa teman-teman orang itu”. Dengan bentukan sosial yang baik maka Budi juga akan membuat pahatan di batu kehidupanya dengan kata-kata manis dan kenangan manis, dengan lingkungan masyarakat yang memberi pengaruh sangat besar, karena dia hidup di kampung yang memberi contoh yang baik dia juga akan berlaku seperti yang telah dicontohkan teman, saudara, tetangga, Pak RT/RW, penjual wedangan dan juga orang-orang yang berada dalam wedangan itu, serta orang-orang, ratusan bahkan ribuan orang yang datang dan pergi ditemuinya dalam hidupnya. Pastinya juga berlaku sebaliknya, bahkan saya rasa hal-hal yang buruk tapi menyenangkan akan lebih cepat bercokol dan memenuhi pikiran serta sel-sel darah kita, pulse ke otak kita dan merubah tabiat kita, yang akan berlaku pada Budi pula. Sebuah balok kayu yang dipaku pada tiap-tiap kita melakukan kesalahan dengan satu paku akan berlobang, dan meninggalkan bekas yang tidak pernah bisa hilang selamanya walaupun paku itu dicabut kembali, begitu juga dengan hati kita, memory kita...tidak akan pernah hilang luka pada hati itu jika sudah dipakukan kesalahan atau memory yang buruk, walaupun paku-paku sudah dicabut (termaafkan).
|